Arina Pradhita Alumni UB Malang, Buka Pintu Karir untuk Penyandang Disabilitas

Arina Pradhita Alumni UB Malang, Buka Pintu Karir untuk Penyandang Disabilitas

Penulis : Difalink Admin
Di Posting : 15 Jan 2024

https://beritajatim.com/peristiwa/arina-pradhita-alumni-ub-malang-buka-pintu-karir-untuk-penyandang-disabilitas/

Malang (beritajatim.com) – Mendedikasikan diri untuk kemanusiaan merupakan hal yang mulia. Arina Pradhita, alumni program studi Manajemen Universitas Brawijaya, memilih untuk berkarir di bidang pemberdayaan kelompok disabilitas.

“Saya bergabung dengan Difalink sejak Januari 2022. Sebelumnya, berkarir di bidang disability employment juga,” kata Arina.

Kini, Arina menjabat sebagai Chief Impactful Program di Difalink. Ia bertanggung jawab terhadap program-program perusahaan, yang membantu akselerasi keahlian penyandang disabilitas.

“Karena saya lulusan manajemen, dalam berkarir saya ingin tidak hanya bisnisnya saja. Tapi sosialnya juga. Jadi dengan pengetahuan saya di bidang bisnis, saya ingin bisa bantu teman-teman disabilitas untuk mendapat pekerjaan,” ujarnya.

Menurut Arina, kesempatan berkarir di dunia profesional bagi kelompok disabilitas semakin terbuka lebar.

“Tren perusahaan semakin banyak yang membuka lowongan pekerjaan. Sehingga harapannya semakin banyak pula teman-teman disabilitas yang terserap,” ucap Arina.

Sebagai talent pool kelompok disabilitas, Difalink tidak sendirian. Cukup banyak perusahaan serupa yang bergerak di bidang ini. Namun, hal tersebut tidak menjadi hambatan dalam menyalurkan talenta terbaik Difalink.

“Kalau sekarang jumlahnya sudah banyak, ya. Saya pertama kali bergabung di disability employment kira-kira enam tahun lalu. Saya lihat demand perusahaan juga naik, ya. Jadi, bagus sih jika semakin banyak industri disability employment, karena semakin banyak juga teman-teman disabilitas yang produktif,” tutur Arina.

Sebagai seorang Chief Impactful Program, Arina menemui tantangannya tersendiri dalam desain program-program Difalink.

“Ide program Difalink banyak, namun kadang terkendala sumber daya seperti pendanaan. Untuk perusahaan saat ini juga belum banyak yang melakukan CSR fokus di upskilling,” ungkap Arina.

Meski begitu, Arina tetap teguh berkontribusi pada Difalink dan kawan-kawan disabilitas.

“Yang membuat saya termotivasi misalnya program DOPE tadi. Saya bertemu teman-teman yang punya skill bagus, portofolio yang bagus, jadi ternyata banyak teman-teman yang sudah memiliki skill yang baik. Berarti bisa sekali perusahaan merekrut talenta kita,” katanya.

Bagi teman-teman kelompok disabilitas, Arina berpesan untuk selalu mencoba hal-hal baru. Tentunya yang memberikan manfaat bagi peningkatan soft skill dan hard skill. Sehingga, kelompok disabilitas bisa bersaing secara profesional layaknya orang-orang pada umumnya.

“Coba semua kesempatan. Tidak harus yang khusus untuk disabilitas. Misal ada program-program peningkatan skill, beranikan diri untuk ikut. Cari tau tren yang dipelajari supaya tetap up to date,” tutup Arina.